Hari ini saya seperti biasa
jalan-jalan surving di dunia maya, tanpa sengaja saya menemukan sebuah
blog milik LISA SUGEHA, ada yang sangat menarik disana. Pada salah satu
artikelnya Lisa membahas tentang KONTROVERSI N7W : ALASAN “LEBAY”,
KOMITMEN PEMERINTAH DAN KOMPETISI “TANDINGAN”".
Untuk lebih jelasnya silahkan baca dalam cuplikkan saya berikut ini:
Tadi malam, saat membuka situs blog resmi New 7 Wonder, saya sempat tersenyum-senyum sendiri didepan monitor komputer. Dalam artikel bertajuk “New7Wonders keeps Komodo, but removes Ministry of Culture and Tourism from official role” sang penyelenggara kompetisi New 7 Wonder itu menyatakan tetap mempertahankan voting Taman Nasional Komodo dalam ajang New 7 Wonder namun “memecat” Kementerian Kebudayaan Pariwisata (Kemenbudpar) sebagai Official Supporting Committee mereka.Bernard Weber, President and Founder New 7 Wonder (N7W) dalam blog itu menyatakan :“Every action by the Ministry of Culture and Tourism last week strengthened the case for us to withdraw from Indonesia completely. If we depended on the Ministry, then today we would be forced to announce a complete pull-out.”“Fortunately, in the past days we have received many encouraging and supporting requests from the public and leading individuals to allow Komodo to continue as a Finalist in the Official New7Wonders of Nature”
“The main news today is this: with the removal of the Ministry of Culture and Tourism from its official role in the campaign, voting for Komodo can continue.“Pernyataan Weber menurut saya sungguh aneh. Bagaimanapun sebagai pemangku otoritas dan regulasi dibidang kebijakan Kebudayaan dan Pariwisata di Indonesia, Kemenbudpar seyogyanya tetap menjadi mitra strategis yang paling pas untuk mereka dalam kompetisi ini.Alasan mereka bahwa Kemenbudpar melakukan pengingkaran komitmen dengan menolak Indonesia menjadi tuan rumah deklarasi New 7 Wonder yang turut menjadi dasar pemikiran perusahaan asal Swiss ini mengeluarkan Kemenbudpar sebagai mitra kepanitiaan resmi , sungguh sangat menggelikan dan kekanak-kanakan.Dalam siaran pers resmi yang dikeluarkan oleh Kemenbudpar kemarin (7/2), Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik secara jelas menyatakan:”Pemerintah Indonesia tidak pernah membuat perjanjian dengan pihak penyelenggara N7W maupun pihak lain, di luar kesepakatan yang telah tercantum dalam Standard Participation Agreement”
”Pemerintah Indonesia menilai N7W bertindak terlalu jauh dan tidak masuk akal, dengan mengaitkan status TNK sebagai finalis N7W dengan tawaran menjadi tuan rumah untuk acara pengumuman pemenang. Untuk menjadi tuan rumah acara tersebut Pemerintah harus membayar pembayaran license fee sebesar USD10 juta. Biaya tersebut belum termasuk biaya penyelenggaraan acara seperti biaya produksi, tempat acara serta lain-lain yang secara total bisa mencapai USD45 juta. Pemerintah menganggap pemilihan finalis New7Wonders seharusnya didasarkan atas aspek keunikan dan besarnya dukungan masyarakat dunia, bukan atas persyaratan pembayaran uang jasa sebagai tuan rumah yang bernilai jutaan dolar,”Menteri juga menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia telah memenuhi seluruh persyaratan penominasian, yakni dengan memberikan dukungan resmi pada tiga nominasi dari Indonesia; (1) Taman Nasional Komodo, (2) Danau Toba dan (3) Anak Gunung Krakatau, pada Agustus 2008 silam, serta mendaftarkan diri sebagai Official Supporting Committee dan mengisi “Standard Participation Agreement” yang menetapkan Pemerintah, antara lain, untuk memenuhi kewajiban administrasi sebesar USD199 untuk masing-masing nominasi dari Indonesia.Fakta-fakta diatas menyebutkan bahwa sesungguhnya Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kemenbudpar telah mengikuti prosedur standar yang telah ditetapkan. Tidak ada pengingkaran karena memang segala kewajiban administratif telah terpenuhi dan sejauh ini pemerintah tidak terlibat dalam pembicaraan bersama konsorsium swasta sebagaimana yang kerap disebut-sebut oleh N7W.Dari penjelasan Menbudpar diatas, semakin terlihat jelas faktor uang yang berada dibalik ajang New 7 Wonder ini. Perusahaan swasta asal Swiss itu berusaha menampilkan “pencitraan” yang rapi dengan publikasi menawan bahwa seakan-akan, ada dukungan dan desakan publik untuk tetap mempertahankan TN Komodo dalam daftar nominasi N7W ini. Alasan “lebay” yang dikemukakan itu sesungguhnya untuk menutupi hasrat besar untuk memanfaatkan potensi raksasa yang dimiliki Indonesia untuk memperoleh keuntungan.Dengan mencoret TN Komodo dalam nominasi tentu akan begitu besar potensi penghasilan yang lenyap dan dapat diraup oleh perusahaan ini. Indonesia, dengan jumlah populasi 238 juta jiwa dan berada pada peringkat keempat penduduk terbanyak didunia, mengalami pertumbuhan spektakuler dalam hal penggunaan internet dan aktifitas online selain terkenal memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi .Seperti dikutip dari berita di Kompas.com Indonesia menempati urutan pertumbuhan tercepat kedua di dunia dari sisi jumlah pengguna Facebook. Indonesia hanya kalah dari AS yang juga merupakan pengguna Facebok terbanyak di dunia.Berdasarkan survei Inside Facebook yang dilakukan eMarketer, jumlah pengguna Facebook di Indonesia naik 1.431.160 juta pengguna dalam sebulan terakhir. Pada 1 Desember 2009, e-marketer mencatat jumlah pengguna Facebook di Indonesia 13.870.120 pengguna, sedangkan pada 1 Januari 2010 sebesar 15.301.280 pengguna. Indonesia hanya satu peringkat di bawah AS yang mencatat kenaikan jumlah pengguna 4.576.220 pengguna dalam periode yang sama dari 98.105.020 menjadi 102.681.240 pengguna.
Meski demikian, persentase kenaikan jumlah pengguna Facebook di Indonesia mencapai dua kali lipat AS. Indonesia naik 10 persen, sedangkan AS hanya 5 persen. Kenaikan 10 persen termasuk persentase pertumbuhan tertinggi di dunia. Selain Indonesia, beberapa negara yang mencapai kenaikan dengan persentase 10 persen antara lain Filipina dan Malaysia.Fakta yang lain, seperti dikutip dari detik, Indonesia adalah pengguna Twitter kedua terbesar di dunia setelah Brasil berdasarkan lembaga pemeringkat Comscore. dengan persentase sebesar 20,5 %. Penetrasi mobile internet yang begitu cepat dan murah kian menambah intensitas pengguna aksesnya di Indonesia.Pertimbangan ini tentu saja tidak diabaikan oleh N7W untuk menggugah dan memicu sentimen nasionalisme bangsa ini guna meraup benefit sebanyak-banyaknya melalui voting online dalam ajang kompetisi N7W dengan tetap mempertahankan Taman Nasional Komodo dalam N7W.Pemerintah Indonesia, dengan atau tanpa N7W, tetap akan berkomitmen mempromosikan TNK, sebagai warisan dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1991 dan perlu dilindungi serta dijaga kelestariannya. Keikutsertaan TNK dalam N7W tersebut tentu dilakukan untuk lebih mempopulerkan pengakuan TNK sebagai Situs Warisan Dunia.Saya sangat mengapresiasi niat Mas Keke (atau Riyeke Ustadiyanto, SEO Creative Director Marketbiz.net) dan kawan-kawan yang menggagas Kompetisi SEO Komodo Contest di www.contest.comodo.me. yang dapat menjadi semacam “tandingan” atas kompetisi ini.Sebagaimana diungkapkan disitusnya, Lomba SEO yang dilaksanakan tanggal 7 Februari – 25 April 2011 dan berhadiah total Rp 10 Juta serta menggunakan konten berbahasa Inggris ini menyebutkan :Melihat polemik dari Pulau Komodo sebagai New 7 Wonders (7 Kejaiban Dunia Baru), maka kita buktikan saja, bahwa memang saatnya mengatakan sebenarnya ke khalayak dunia di Google dan Search Engine lainnya, merupakan kewajiban kita semua.
Kami mengajak Anda semua untuk mengatakan dan menyuarakan bahwa Pulau Komodo adalah 7 Keajaiban Dunia sebenarnya. SEO Contest ini tidak dilatarbelakangi oleh politik, kepentingan dan murni apa yang harus dikatakan pada dunia.
Kata kunci yang di lombakan adalah “Komodo Island is the NEW 7 Wonders of The World”Sebuah niat yang luhur yang patut didukung. Semoga aksi nyata mewujudkan impian “Komodo Island is the NEW 7 Wonders of The World” yang digagas lewat kompetisi ini dapat terwujud nyata dan menunjukkan pada dunia bahwa Taman Nasional Komodo memang layak menyandang predikat ini tanpa harus tergantung pada kompetisi N7W yang sarat kepentingan dan unsur komersil.
*****
Ayo dukung Komodo Island is the NEW 7 Wonders of The World
Tidak ada komentar:
Posting Komentar